JURNAL PEMBELAJANKU MODUL 2 TOPIK 1 - 3 DAN REFEKSI PENGALAMAN BERMAKNA
TOPIK
1
Dalam
mempelajari topik pembelajaran sosial emosional (SEL), saya mengalami momen
yang sangat berkesan ketika menyadari betapa pentingnya keterlibatan emosional
dalam proses belajar mengajar. Salah satu konsep kunci yang benar-benar membuka
wawasan saya adalah bahwa pembelajaran bukan hanya tentang transfer pengetahuan
akademis, tetapi juga tentang membentuk karakter dan keterampilan sosial yang
esensial untuk kehidupan siswa di masa depan.
Saya
memahami bahwa dengan mengintegrasikan SEL, siswa tidak hanya akan lebih baik
dalam mengelola emosi mereka, tetapi juga akan lebih mampu berempati, bekerja
sama, dan membangun hubungan positif dengan orang lain. Pengalaman ini mengubah
cara pandang saya terhadap peran seorang guru tidak hanya sebagai pemberi
materi, tetapi juga sebagai fasilitator dalam pengembangan karakter siswa.
Pembelajaran
ini menginspirasi saya untuk lebih fokus pada aspek sosial emosional di kelas.
Saya sekarang lebih menyadari pentingnya memberikan ruang bagi siswa untuk
mengekspresikan perasaan mereka dan mendiskusikan tantangan emosional yang
mereka hadapi. Pemahaman ini juga memperkaya keterampilan saya dalam
menciptakan suasana kelas yang mendukung, di mana siswa merasa aman dan
dihargai, sehingga mereka lebih siap untuk belajar dan berkembang secara
holistik.
TOPIK 2
Mengembangkan
keterampilan sosial emosional (PSE) dalam konteks pembelajaran sangat penting
untuk mendukung peserta didik agar dapat berinteraksi secara positif, mengelola
emosi, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Pengalaman berlatih
keterampilan sosial emosional ini membawa saya pada pemahaman mendalam tentang
bagaimana pentingnya empati, kesabaran, dan keterampilan berkomunikasi secara
efektif, baik di dalam maupun di luar kelas.
Pengalaman
Pribadi dalam Melatih Keterampilan Sosial Emosional:
Saat
berlatih keterampilan seperti kesadaran diri dan pengelolaan emosi, saya merasa
bahwa latihan ini membantu saya untuk lebih memahami respons emosi saya sendiri
dalam situasi sulit. Misalnya, ketika menghadapi situasi stres di tempat kerja,
saya belajar bagaimana mengatur pernapasan, berpikir jernih sebelum bertindak,
dan mengekspresikan emosi secara konstruktif. Hal ini menimbulkan perasaan
tenang dan mampu mengatasi tantangan dengan lebih efektif. Selain itu, latihan
keterampilan kesadaran sosial memungkinkan saya untuk lebih peka terhadap emosi
dan kebutuhan orang lain, yang berperan penting dalam menciptakan lingkungan
yang inklusif di kelas.
Implementasi
PSE dalam Pembelajaran di Kelas:
Dalam
mengimplementasikan PSE di kelas, saya menggunakan beberapa strategi untuk
memastikan keterlibatan emosional siswa dan membangun suasana yang mendukung
pertumbuhan sosial emosional mereka. Berikut adalah gambaran praktik PSE dalam
pembelajaran:
1.
Pembukaan Pembelajaran yang Hangat:
·
Pembukaan pembelajaran yang hangat
bisa dilakukan dengan menyapa siswa dengan senyuman, menanyakan kabar mereka,
atau bahkan melakukan kegiatan refleksi singkat. Kegiatan ini bertujuan untuk
membuat siswa merasa dihargai dan aman secara emosional di kelas. Misalnya,
"Check-in Emosional" di mana siswa bisa memilih emoji yang
menggambarkan perasaan mereka pada awal kelas dan kemudian memberikan
kesempatan untuk berbicara secara sukarela tentang alasan di balik emosi
tersebut.
·
Selain itu, permainan pemanasan atau
aktivitas ringan yang melibatkan kolaborasi antar siswa bisa membangun rasa
kebersamaan.
2.
Kegiatan Belajar yang Menantang dan Berpusat kepada Peserta Didik:
·
Untuk menantang siswa dan mendorong
keterampilan berpikir kritis, saya merancang kegiatan belajar yang berorientasi
pada pemecahan masalah dan proyek kolaboratif. Misalnya, siswa dapat bekerja
dalam kelompok untuk memecahkan studi kasus yang relevan dengan kehidupan
sehari-hari mereka, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan
kerja sama, komunikasi, dan pengambilan keputusan.
· Aktivitas seperti diskusi kelompok dan debat juga mendorong siswa untuk saling mendengarkan, menghormati perbedaan pendapat, dan mengelola emosi mereka saat berbicara di depan umum.
3.
Penutupan yang Optimistik:
·
Penutupan pembelajaran yang
optimistik bisa dilakukan dengan merangkum poin-poin penting dari pembelajaran,
memberikan pujian atau umpan balik positif terhadap partisipasi dan kemajuan
siswa, serta mengarahkan siswa untuk refleksi diri. Misalnya, saya bisa
bertanya kepada siswa, "Apa satu hal yang Anda pelajari hari ini yang
membuat Anda bangga?" atau "Bagaimana Anda akan menggunakan
keterampilan baru yang Anda pelajari ini di luar kelas?"
·
Penutupan yang optimistik ini juga
melibatkan penguatan terhadap pencapaian kecil siswa sehingga mereka merasa
termotivasi dan dihargai.
Dengan pendekatan ini, pembelajaran menjadi lebih inklusif, mengundang partisipasi aktif, dan berfokus pada perkembangan siswa secara menyeluruh bukan hanya pada aspek akademik, tetapi juga pada kesejahteraan emosional dan sosial mereka.
TOPIK 3
Peristiwa:
Pada
tahap Aksi Nyata, saya menerapkan tiga upaya untuk mengembangkan keterampilan
sosial dan emosional siswa. Pertama, dalam aspek belajar, saya mengintegrasikan
pelajaran tentang empati dalam mata pelajaran PJOK. Siswa diminta untuk
melakukan permainan beregu di mana mereka harus mendengarkan dan mendukung satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Kedua, dalam berkolaborasi, saya
mengajak guru lain untuk bekerja sama mengembangkan program kegiatan refleksi
harian, di mana siswa diberi waktu untuk berbicara tentang perasaan mereka dan
mendiskusikan tantangan emosional yang mereka hadapi. Ketiga, dalam menjadi
teladan, saya selalu berusaha menunjukkan kepada siswa bagaimana menghadapi
konflik secara tenang dan dengan komunikasi yang baik, misalnya dengan cara
berbicara langsung dan jelas ketika ada masalah dalam kelas.
Perasaan:
Saya
merasa bangga dan senang melihat siswa mulai terbuka dan mau belajar tentang
bagaimana mengelola emosi mereka. Awalnya saya ragu apakah siswa akan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan tersebut, tetapi ketika mereka
mulai membangun keterampilan mendengarkan dan bekerja sama dengan baik, saya
merasa bahwa usaha ini membuahkan hasil. Saya juga merasa bahwa kolaborasi
dengan guru lain memberikan wawasan baru bagi saya tentang pentingnya
lingkungan yang mendukung di sekolah.
Pembelajaran:
Dari
peristiwa ini, saya belajar bahwa keterampilan sosial dan emosional tidak hanya
perlu diajarkan, tetapi juga dipraktikkan secara konsisten dalam lingkungan
yang mendukung. Siswa membutuhkan bimbingan dan contoh nyata untuk bisa
memahami cara mengelola emosi dan berkomunikasi secara efektif. Saya juga
menyadari bahwa kolaborasi dengan rekan guru dan staf lain sangat penting dalam
menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk perkembangan emosional siswa.
Ketika siswa merasa didengar dan dihargai, mereka lebih siap untuk belajar dan
terlibat secara aktif di kelas.
Aksi/Tindakan
yang Akan Dilakukan:
Setelah belajar dari peristiwa ini, saya berencana untuk lebih sering mengadakan diskusi kelompok kecil di kelas sebagai cara untuk terus mengembangkan keterampilan sosial siswa. Saya juga ingin mengimplementasikan strategi pengelolaan emosi secara lebih terstruktur, misalnya dengan memperkenalkan teknik pernapasan atau mindfulness sebelum memulai pelajaran. Saya akan terus bekerja sama dengan guru lain untuk memastikan program pembelajaran sosial dan emosional ini menjadi bagian integral dari lingkungan sekolah, sehingga seluruh warga sekolah, termasuk guru dan siswa, dapat merasakan dampak positifnya.
1.
Penerapan satu contoh
keteladanan baru, satu proses belajar pribadi, dan satu proses kolaborasi yang dilakukan untuk menguatkan
penerapan pembelajaran sosial emosional di kelas atau sekolah masing-masing.
Penerapan
keteladanan, proses belajar pribadi, dan proses kolaborasi untuk menguatkan
penerapan pembelajaran sosial emosional (SEL) di kelas atau sekolah:
1.
Keteladanan:
Keteladanan
Baru:
Contoh:
Modeling Emosi Positif dan Resolusi Konflik
· Deskripsi:
Sebagai seorang guru, Saya menunjukkan keteladanan dengan secara aktif
mempraktikkan emosi positif dan strategi resolusi konflik di hadapan siswa.
Misalnya, ketika menghadapi situasi stres atau konflik di kelas, Saya
memperlihatkan cara mengelola emosi dengan tenang dan mencari solusi yang
konstruktif.
· Implementasi:
Jika terjadi perselisihan antara siswa, Saya bisa menunjukkan bagaimana
berbicara dengan tenang, mendengarkan sudut pandang masing-masing, dan
bersama-sama mencari solusi. Ini memberikan contoh konkret kepada siswa tentang
bagaimana mengatasi situasi sulit dengan cara yang sehat dan produktif.
2.
Proses Belajar Pribadi:
· Contoh:
Mengikuti Pelatihan dan Workshop tentang SEL
· Deskripsi:
Saya mengikuti pelatihan atau workshop tentang keterampilan sosial emosional
untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan lebih dalam. Pelatihan ini dapat
mencakup strategi baru dalam mengajarkan SEL, teknik manajemen kelas, dan
cara-cara untuk mendukung perkembangan sosial emosional siswa.
· Implementasi:
Setelah mengikuti pelatihan, Saya menerapkan teknik-teknik baru yang dipelajari
dalam praktik kelas, seperti menggunakan aktivitas reflektif untuk membantu
siswa mengidentifikasi dan mengelola emosi mereka. Saya juga bisa mengevaluasi
efektivitas teknik ini dan menyesuaikan pendekatan berdasarkan umpan balik dan
hasil yang diperoleh.
3.
Proses Kolaborasi:
Contoh Proses Kolaborasi:
· Contoh:
Membangun Tim SEL di Sekolah
· Deskripsi:
Saya bekerja sama dengan rekan-rekan guru, staf sekolah, dan orang tua untuk
membentuk tim khusus yang fokus pada implementasi dan pengembangan program SEL
di sekolah. Tim ini bertugas untuk merancang kegiatan SEL, berbagi praktik
terbaik, dan mengevaluasi dampak program terhadap siswa.
· Implementasi:
Tim SEL melakukan pertemuan rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi inisiatif
SEL. Misalnya, mereka bisa menyusun kalender kegiatan SEL, berbagi strategi
yang berhasil di kelas masing-masing, dan menyelenggarakan workshop untuk orang
tua tentang cara mendukung SEL di rumah. Kolaborasi ini memastikan adanya
pendekatan yang konsisten dan mendukung di seluruh sekolah.
4.
Dampak pada Kelas atau Sekolah:
· Keteladanan
membantu menciptakan lingkungan kelas yang positif dan menginspirasi siswa
untuk mengikuti contoh Saya dalam mengelola emosi dan konflik.
· Proses
Belajar Pribadi memungkinkan Saya untuk terus meningkatkan keterampilan SEL Saya,
yang pada gilirannya memperkaya pengalaman belajar siswa.
· Proses
Kolaborasi memastikan bahwa SEL diterapkan secara konsisten dan efektif di
seluruh sekolah, menciptakan dukungan yang luas dan berkelanjutan untuk
perkembangan sosial emosional siswa.
2.
Tulisan
yang merefleksikan bagaimana
dampak atas penerapan yang telah dilakukan tersebut
terhadap wellbeing warga sekolah.
Refleksi
Dampak Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional di Sekolah
Dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan (wellbeing) warga sekolah, saya telah
menerapkan beberapa strategi pembelajaran sosial emosional (SEL) yang
melibatkan keteladanan, proses belajar pribadi, dan kolaborasi. Berikut adalah
refleksi mengenai dampak dari penerapan tersebut terhadap kesejahteraan warga
sekolah:
1.
Keteladanan: Modeling Emosi Positif dan Resolusi Konflik
Penerapan
keteladanan dalam bentuk modeling emosi positif dan resolusi konflik telah
memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan kelas dan hubungan
interpersonal. Dengan menunjukkan cara mengelola emosi secara positif dan
menyelesaikan konflik dengan cara konstruktif, saya telah menciptakan
lingkungan yang lebih mendukung dan inklusif. Siswa yang melihat contoh ini
menjadi lebih sadar akan cara-cara sehat dalam menghadapi konflik dan mengelola
emosi mereka sendiri.
Dampak
terhadap Wellbeing:
· Peningkatan
Kesejahteraan Emosional Siswa: Siswa merasa lebih aman dan dihargai dalam
lingkungan kelas yang positif, yang mengurangi stres dan meningkatkan rasa
percaya diri mereka.
· Hubungan
Sosial yang Lebih Baik: Siswa belajar cara berkomunikasi dan berinteraksi
dengan cara yang lebih sehat, yang memperkuat hubungan mereka dengan teman
sebaya dan guru.
2.
Proses Belajar Pribadi: Mengikuti Pelatihan dan Workshop tentang SEL
Dengan
mengikuti pelatihan dan workshop tentang SEL, saya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru yang memungkinkan saya untuk lebih efektif dalam mengajarkan
keterampilan sosial emosional kepada siswa. Implementasi teknik-teknik baru
yang dipelajari, seperti aktivitas reflektif dan strategi manajemen kelas,
telah memperkaya pengalaman belajar siswa.
Dampak
terhadap Wellbeing:
· Peningkatan
Kemampuan Mengelola Emosi: Siswa lebih mampu mengidentifikasi dan mengelola
emosi mereka, yang mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan
psikologis.
· Pengalaman
Belajar yang Lebih Positif: Dengan menerapkan teknik-teknik baru, siswa merasa
lebih terlibat dan termotivasi, yang meningkatkan kepuasan mereka terhadap
pengalaman belajar.
3.
Proses Kolaborasi: Membangun Tim SEL di Sekolah
Kolaborasi
dengan rekan-rekan guru, staf sekolah, dan orang tua untuk membentuk tim SEL
telah menciptakan pendekatan yang konsisten dan mendukung di seluruh sekolah.
Tim SEL bekerja sama untuk merancang dan mengevaluasi program SEL, serta
menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan seluruh komunitas sekolah.
Dampak
terhadap Wellbeing:
· Pendekatan
yang Konsisten dan Terkoordinasi: Dengan adanya tim SEL, ada keselarasan dalam
pendekatan terhadap pengajaran SEL, yang menciptakan pengalaman yang konsisten
dan terintegrasi bagi siswa.
· Dukungan
Komunitas yang Kuat: Kolaborasi dengan orang tua dan staf sekolah membangun
dukungan yang lebih luas dan memperkuat jaringan sosial yang mendukung
kesejahteraan siswa di rumah dan di sekolah.
Kesimpulan
Penerapan
keteladanan, proses belajar pribadi, dan kolaborasi dalam pembelajaran sosial
emosional telah membawa dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan
warga sekolah. Siswa mengalami peningkatan dalam pengelolaan emosi, hubungan
sosial yang lebih baik, dan pengalaman belajar yang lebih positif. Selain itu,
pendekatan yang konsisten dan dukungan komunitas yang kuat memperkuat
kesejahteraan psikologis di seluruh lingkungan sekolah. Melalui implementasi
strategi-strategi ini, kami telah menciptakan lingkungan yang lebih mendukung
dan inklusif bagi semua anggota komunitas sekolah.
Refleksi Pengalaman Bermakna dalam
Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional (SEL)
Sebagai
seorang pendidik, salah satu pengalaman paling bermakna yang saya alami adalah
ketika saya secara konsisten menerapkan pembelajaran sosial emosional (SEL) di
kelas. Pengalaman ini tidak hanya mengubah cara saya berinteraksi dengan siswa,
tetapi juga berdampak besar pada kesejahteraan mereka dan juga diri saya
sendiri.
1.
Memahami Peran Keteladanan
Dalam
proses penerapan SEL, saya menyadari betapa pentingnya peran keteladanan.
Sebagai guru, saya sering kali dihadapkan dengan situasi di mana emosi siswa
bergejolak, baik karena tekanan akademis maupun masalah pribadi yang mereka
bawa ke sekolah. Melalui pembelajaran yang saya terima mengenai pentingnya
mengelola emosi, saya mulai dengan memberi contoh cara mengatasi stres dan
emosi negatif secara positif. Setiap kali menghadapi situasi sulit di kelas,
saya dengan sengaja menunjukkan cara untuk tetap tenang dan berempati, baik
kepada siswa maupun rekan kerja.
Pengalaman
Bermakna:
Salah
satu momen yang paling berkesan adalah ketika seorang siswa yang biasanya mudah
marah mulai meniru cara saya mengelola emosi. Dia secara terbuka mengakui bahwa
cara saya merespons stres di kelas membuatnya berpikir untuk mencoba hal yang
sama. Melihat perubahan ini pada siswa merupakan pengalaman yang sangat
bermakna, karena saya melihat dampak langsung dari keteladanan dalam memperkuat
pembelajaran sosial emosional.
2.
Pembelajaran Pribadi: Terus Belajar dan Mengembangkan Diri
Sebagai
bagian dari perjalanan saya, saya bertekad untuk terus belajar tentang SEL.
Saya mengikuti beberapa workshop dan pelatihan tentang pengelolaan emosi,
empati, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Saya mulai menerapkan
strategi-strategi baru di kelas, seperti melibatkan siswa dalam refleksi diri
dan menumbuhkan kesadaran akan emosi mereka.
Pengalaman
Bermakna:
Satu
pengalaman yang sangat bermakna terjadi setelah saya mengadakan sesi refleksi
dengan siswa. Salah satu siswa mendekati saya setelah kelas dan berkata,
"Saya tidak pernah benar-benar berpikir tentang apa yang saya rasakan
sampai sekarang." Pernyataan ini mengingatkan saya akan pentingnya
memberikan ruang bagi siswa untuk mengenal dan memahami diri mereka sendiri.
Proses belajar ini tidak hanya membantu saya berkembang sebagai pendidik,
tetapi juga membuka mata saya terhadap betapa pentingnya memberikan siswa
kesempatan untuk belajar tentang emosi mereka.
3.
Kolaborasi yang Menguatkan
Melalui
pengalaman kolaboratif dengan rekan-rekan sejawat, saya menemukan bahwa
dukungan kolektif sangat berharga dalam memperkuat implementasi SEL di sekolah.
Bersama tim guru lain, kami berkolaborasi dalam merancang dan menjalankan
program SEL, termasuk sesi diskusi terbuka dan kegiatan yang melibatkan siswa
dan orang tua.
Pengalaman
Bermakna:
Salah
satu momen yang sangat berarti adalah ketika kami sebagai tim berhasil
melibatkan orang tua dalam program SEL. Pada awalnya, banyak orang tua yang
skeptis terhadap pentingnya SEL. Namun, setelah melalui beberapa sesi dialog
bersama mereka dan menunjukkan bukti dampak positif pada anak-anak mereka,
banyak orang tua mulai mendukung penuh program ini. Melihat kolaborasi ini
berhasil membangun jembatan antara sekolah dan keluarga merupakan pengalaman
yang sangat menginspirasi dan memperkuat keyakinan saya akan kekuatan SEL.
Kesimpulan:
Pengalaman-pengalaman
ini membentuk perjalanan saya sebagai pendidik dalam menerapkan pembelajaran
sosial emosional. Dari memberikan keteladanan, terus belajar dan berkembang,
hingga berkolaborasi dengan rekan dan orang tua, semuanya membawa dampak yang luar
biasa dalam menciptakan lingkungan yang lebih positif, inklusif, dan mendukung
bagi siswa. Yang paling berharga adalah melihat bagaimana perubahan kecil dalam
pendekatan saya bisa berdampak besar pada kesejahteraan siswa.
Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya memperkaya profesi saya, tetapi juga
mengajarkan saya betapa pentingnya SEL dalam membentuk generasi yang lebih
sehat secara emosional dan sosial.
"Pak Assofa sangat inspiratif dalam memberikan contoh pengelolaan emosi. Lingkungan kelas jadi lebih positif berkat keteladanannya."
BalasHapus"Pak Assofa menunjukkan komitmen yang luar biasa dalam belajar dan terus meningkatkan kompetensi sosial emosionalnya. Saya melihat peningkatan yang signifikan dalam cara beliau mendampingi siswa, terutama dalam hal empati dan komunikasi. Semangat belajar beliau menjadi inspirasi bagi saya dan guru-guru lainnya."
BalasHapus"Kolaborasi Pak Assofa sangat kuat. Beliau selalu terbuka terhadap ide-ide baru, yang membuat program SEL lebih produktif."
BalasHapus"Cara Pak Assofa mengelola konflik dengan tenang jadi contoh bagi kami. Ini membantu kami sebagai pendidik berkembang."
BalasHapus