JURNAL PEMBELAJARANKU MODUL 1 TOPIK 1- 4 DAN AKSI NYATA ( RANCANGAN PEMBELAJARAN PJOK SD KELAS 4 BERBASIS PRINSIP CRT)



MODUL 1 TOPIK 1 Understanding by Design (UbD)

Dalam topik I, saya belajar bahwa prinsip Understanding by Design (UbD) sangat membantu dalam merancang pembelajaran yang lebih terarah dan efektif. Dengan pendekatan backward design, saya memahami pentingnya memulai perancangan dari tujuan akhir atau hasil belajar yang diinginkan, lalu menentukan penilaian yang sesuai, dan akhirnya merancang aktivitas pembelajaran yang dapat membawa siswa ke arah pencapaian tujuan tersebut.

Prinsip UbD sangat membantu dalam:

1. Fokus pada pemahaman mendalam : UbD mendorong saya untuk tidak hanya fokus pada penyampaian konten, tetapi memastikan siswa benar-benar memahami konsep secara mendalam dan dapat mengaplikasikannya.

2. Keterpaduan dalam perencanaan : Setiap elemen tujuan, penilaian, dan aktivitas terhubung secara logis dan mendukung satu sama lain, memastikan proses pembelajaran yang sistematis.

3. Penilaian yang autentik : UbD mengarahkan saya untuk merancang penilaian yang lebih realistik dan relevan dengan dunia nyata, sehingga siswa dapat menunjukkan pemahaman mereka dalam konteks yang lebih luas.

Namun, ada beberapa tantangan yang saya hadapi dalam menerapkan prinsip UbD:

1. Waktu dan usaha : Merancang pembelajaran dengan backward design membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha, terutama untuk menghubungkan semua elemen dengan baik.

2. Menyesuaikan dengan kebutuhan siswa : Seringkali sulit memastikan bahwa tujuan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan beragam siswa di kelas, terutama jika ada perbedaan signifikan dalam tingkat kemampuan.

 

3. Keterbatasan dalam sumber daya : Dalam beberapa kasus, kurangnya sumber daya atau alat penilaian yang tepat membuat penerapan UbD menjadi tantangan.

Secara keseluruhan, prinsip UbD sangat bermanfaat dalam merancang pembelajaran yang lebih efektif, tetapi saya juga perlu terus belajar dan mengatasi tantangan tersebut agar dapat menerapkannya dengan optimal.

 

MODUL 1 TOPIK 2 PEMBELAJARAN DIFERENSIASI

Pengalaman saya ketika merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran diferensiasi suasana kelas lebih hidup dan kegiatan pembelajaran lebih tersruktur.

Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi yang relevan menurut saya menentukan Tujuan Pembelajaran ,memetakan kebutuhan anak dan kelas dengan assasmen kemudian merancang kegiatan pembelajaran dari hasil assasmen.

Melalui pengalaman ini, saya belajar bahwa diferensiasi dalam pembelajaran bukan hanya tentang memberikan berbagai pilihan kepada siswa, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghargai perbedaan individu. Merencanakan pembelajaran yang berdiferensiasi adalah tentang memberikan setiap siswa kesempatan untuk berkembang dengan cara mereka sendiri, sesuai dengan kebutuhan, minat, dan potensi mereka. Dengan pendekatan ini, saya yakin bahwa setiap siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran mereka dengan cara yang paling efektif dan bermakna bagi mereka.

MODUL 1 TOPIK 3 Teaching at The Right Level (TaRL)

Setelah mempelajari topik III, saya menemukan banyak inspirasi yang memperdalam pemahaman saya mengenai keterkaitan antara Understanding by Design (UbD), pembelajaran berdiferensiasi, dan Teaching at The Right Level (TaRL). Ketiga konsep ini saling melengkapi dalam membantu guru merancang pembelajaran yang lebih efektif, inklusif, dan berfokus pada kebutuhan siswa.

1. Pemahaman Mendalam tentang UbD

UbD mengajarkan saya pentingnya merancang pembelajaran dengan tujuan akhir yang jelas. Dengan memulai dari hasil yang diinginkan, saya dapat merancang pembelajaran yang lebih terarah dan memastikan bahwa setiap aktivitas di kelas mendukung pencapaian tujuan tersebut. Ini sangat penting karena membantu saya menjadi lebih fokus dalam mengembangkan rencana pelajaran, sehingga tidak hanya berfokus pada penyampaian materi tetapi juga pada pemahaman siswa.

2. Integrasi dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Saya juga mendapatkan wawasan tentang bagaimana prinsip UbD dapat diterapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi. UbD memberikan kerangka kerja yang jelas untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa, menetapkan tujuan yang sesuai, dan merancang penilaian yang relevan. Hal ini membantu saya dalam menyesuaikan metode pengajaran untuk berbagai jenis siswa, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan kebutuhan mereka. 

3. Pentingnya Teaching at The Right Level (TaRL)

Konsep TaRL memberikan saya panduan untuk lebih memperhatikan level pemahaman siswa saat merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. Ini berarti saya harus lebih peka terhadap variasi kemampuan di dalam kelas dan lebih fleksibel dalam menyesuaikan strategi pengajaran. Dengan menerapkan TaRL, saya dapat memastikan bahwa siswa yang berada di berbagai tingkat pemahaman mendapatkan dukungan yang tepat, baik melalui pengelompokan atau diferensiasi tugas.

Inspirasi Utama: Menciptakan Pembelajaran yang Inklusif dan Berpusat pada Siswa

Salah satu inspirasi utama yang saya dapatkan adalah pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan berpusat pada siswa. Dengan memadukan UbD, pembelajaran berdiferensiasi, dan TaRL, saya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan di kelas yang heterogen dan mampu mendukung semua siswa, tidak hanya mereka yang berada di tingkat menengah.

Saya terinspirasi untuk terus berinovasi dalam merancang pembelajaran yang tidak hanya memenuhi standar akademis, tetapi juga relevan dengan kebutuhan dan potensi unik setiap siswa. Melalui refleksi ini, saya semakin termotivasi untuk menjadi guru yang adaptif dan responsif terhadap dinamika kelas, serta selalu mencari cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


MODUL 1 TOPIK 4 Culturally Responsive Teaching (CRT)

Setelah mempelajari Topik IV mengenai Culturally Responsive Teaching (CRT), beberapa hal yang menjadi inspirasi bagi saya sebagai guru adalah:

1. Pentingnya Memahami Keberagaman Siswa : Saya semakin menyadari bahwa keberagaman budaya, bahasa, dan latar belakang sosial siswa adalah aset yang dapat memperkaya proses pembelajaran. Menghargai dan mengintegrasikan elemen-elemen tersebut dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa.

2. Kontekstualisasi Materi Pembelajaran : CRT menginspirasi saya untuk selalu mencari cara menghubungkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan membuat materi lebih relevan bagi mereka, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami.

3. Pemberdayaan Siswa : Pendekatan CRT juga mendorong saya untuk lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga mereka bisa merasa memiliki ruang untuk berbagi pengalaman budaya mereka. Ini menginspirasi saya untuk mendorong partisipasi aktif dan rasa kepemilikan siswa dalam kelas.

4. Pembelajaran Inklusif dan Berkeadilan: Saya terinspirasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan adil bagi semua siswa, di mana setiap siswa dapat berkembang sesuai dengan latar belakang dan kemampuan mereka tanpa merasa terabaikan.

5. Asesmen yang Responsif Terhadap Budaya : Refleksi ini memberi saya wawasan tentang pentingnya merancang asesmen yang tidak hanya mengukur kemampuan akademis siswa, tetapi juga menghargai cara mereka memproses dan mengekspresikan pengetahuan berdasarkan latar belakang budaya mereka.

Inspirasi dari topik ini mendorong saya untuk terus memperbaiki praktik pengajaran agar lebih responsif dan relevan dengan keberagaman siswa di kelas.

KONSEP KETERKAITAN

Konsep keterkaitan antara Culturally Responsive Teaching (CRT), Understanding by Design (UbD), Pembelajaran Berdiferensiasi, dan Teaching at the Right Level (TaRL) dalam perancangan pembelajaran guru dapat dipahami sebagai pendekatan yang saling melengkapi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif, relevan, dan efektif. Berikut adalah penjelasan singkat tentang keterkaitan tersebut:

1. Culturally Responsive Teaching (CRT):

   - Prinsip: CRT menekankan pentingnya memahami dan mengintegrasikan keberagaman budaya siswa dalam pembelajaran. Guru harus menyesuaikan materi, metode, dan lingkungan pembelajaran dengan latar belakang sosial-budaya siswa.

   - Keterkaitan: CRT mendukung pembelajaran yang relevan secara budaya, sehingga mempengaruhi perencanaan pembelajaran yang inklusif dalam kerangka UbD, Pembelajaran Berdiferensiasi, dan TaRL.

2. Understanding by Design (UbD):

   - Prinsip : UbD adalah kerangka desain pembelajaran yang berfokus pada tujuan akhir (big ideas) dan pemahaman yang mendalam. Pembelajaran dirancang dengan mengutamakan hasil yang diinginkan terlebih dahulu, kemudian menyesuaikan aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.

   - Keterkaitan : Dalam UbD, guru dapat mengintegrasikan CRT dengan merancang pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada standar akademik, tetapi juga menghargai latar belakang budaya siswa. Pembelajaran Berdiferensiasi dan TaRL juga dapat diintegrasikan dengan UbD, karena guru bisa merencanakan aktivitas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa berdasarkan diagnosis awal.

3. Pembelajaran Berdiferensiasi :

   - Prinsip : Pembelajaran berdiferensiasi mengacu pada strategi untuk menyesuaikan materi, proses, dan produk pembelajaran dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Ini melibatkan fleksibilitas dalam pengajaran agar semua siswa dapat berkembang sesuai potensi mereka.

   - Keterkaitan : Pembelajaran Berdiferensiasi selaras dengan CRT karena keduanya menghargai keunikan siswa, baik dari segi budaya maupun kemampuan belajar. Dalam UbD, guru dapat mendesain aktivitas pembelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sementara TaRL juga mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan tingkat siswa saat ini.

4. Teaching at the Right Level (TaRL) :

   - Prinsip : TaRL adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada mengajar siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya, bukan berdasarkan kelas atau usia. TaRL mendorong pengelompokan siswa sesuai tingkat pembelajaran mereka untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pembelajaran yang tepat.

   - Keterkaitan : TaRL dapat diintegrasikan dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan UbD, di mana guru dapat melakukan asesmen awal untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dan menyesuaikan materi serta strategi pengajaran yang sesuai. Dengan CRT, TaRL memastikan bahwa pengajaran tidak hanya sesuai dengan tingkat kemampuan akademis siswa, tetapi juga sensitif terhadap latar belakang budaya mereka.

Kesimpulan Keterkaitan:

1. CRT menekankan pentingnya relevansi budaya dan sensitivitas dalam pembelajaran, membantu guru membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dari berbagai latar belakang.

2. UbD memberikan kerangka berpikir untuk merancang pembelajaran yang terstruktur, dengan fokus pada hasil akhir yang diinginkan (pemahaman mendalam) dan memandu integrasi pembelajaran yang berdiferensiasi dan sesuai tingkat.

3. Pembelajaran Berdiferensiasi memungkinkan guru menyesuaikan pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan individu siswa, memperkaya pengalaman belajar yang personal dan inklusif.

4. TaRL memperkuat pendekatan diferensiasi dengan mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan mereka saat ini, bukan berdasarkan usia atau kelas, sehingga mendukung pembelajaran yang tepat sasaran.

Secara keseluruhan, konsep-konsep ini saling mendukung untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, inklusif, dan responsif terhadap keragaman, baik dari segi budaya, kemampuan akademis, maupun tingkat perkembangan siswa.

 

 Aksi Nyata: Merancang Pembelajaran Berbasis CRT

Sebagai penutup kegiatan, Bapak/Ibu Guru dapat melakukan aksi nyata dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut. Dokumentasikan hasil aksi nyata pada Google Drive pribadi dalam bentuk PDF. Salah satu aksi nyata terbaik akan diunggah pada Jurnal Pembelajaranku.

    1. Hal apa yang pertama kali akan Bapak/Ibu Guru lakukan setelah mempelajari topik ini?
    2. Apa langkah-langkah konkret yang akan Bapak/Ibu Guru ambil dalam mengembangkan rancangan pembelajaran berbasis pendekatan CRT?

JAWABAN

Dalam konteks pembelajaran PJOK, berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan setelah mempelajari topik Culturally Responsive Teaching (CRT):

1. Hal yang akan dilakukan pertama kali:

·       Setelah mempelajari topik CRT, langkah pertama yang akan dilakukan adalah memahami keberagaman budaya, kemampuan fisik, serta latar belakang sosial siswa yang ada di kelas PJOK. Saya akan mengumpulkan data tentang budaya dan nilai-nilai yang mereka pegang serta mengidentifikasi bagaimana setiap siswa berinteraksi dalam kegiatan fisik. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihargai, terlepas dari latar belakang mereka.

2. Langkah-langkah konkret dalam mengembangkan rancangan pembelajaran PJOK berbasis pendekatan CRT:

·       Analisis Kebutuhan Siswa : Melakukan observasi terhadap siswa untuk melihat variasi kemampuan fisik, preferensi kegiatan olahraga, dan nilai-nilai budaya yang mempengaruhi partisipasi mereka dalam aktivitas fisik.

·       Pemilihan Kegiatan yang Relevan : Memilih dan merancang kegiatan PJOK yang mencerminkan latar belakang budaya siswa. Contohnya, menggabungkan permainan tradisional dari berbagai budaya yang relevan dengan siswa, seperti permainan Gobak Sodor, bentengan, atau kasti.

·       Pendekatan Inklusif : Menyusun kegiatan olahraga yang memperhitungkan berbagai tingkat kemampuan fisik, sehingga semua siswa dapat berpartisipasi dengan nyaman. Misalnya, memodifikasi aturan permainan agar lebih inklusif bagi siswa dengan kemampuan fisik yang berbeda.

·       Peningkatan Kesadaran Budaya : Mengintegrasikan diskusi singkat tentang nilai-nilai budaya terkait kesehatan dan olahraga dalam setiap sesi PJOK. Ini bisa mencakup tradisi olahraga tertentu, pentingnya kesehatan dalam berbagai budaya, atau bagaimana olahraga dan aktivitas fisik dapat membangun kerja sama dalam komunitas.

·       Pemberdayaan dan Keterlibatan Siswa : Melibatkan siswa dalam merancang beberapa aktivitas PJOK yang berasal dari budaya mereka, sehingga mereka dapat lebih merasa memiliki pengalaman belajar.

·       Penilaian yang Berkeadilan : Menyusun instrumen penilaian yang memperhitungkan keberagaman siswa, baik dari segi budaya, kemampuan fisik, maupun gaya belajar. Penilaian dapat lebih berbasis proses dan partisipasi, bukan hanya hasil fisik semata.

Dengan langkah-langkah ini, rancangan pembelajaran PJOK akan lebih inklusif dan responsif terhadap keberagaman siswa, meningkatkan keterlibatan dan partisipasi mereka dalam kegiatan fisik.


CONTOH :

Rancangan Pembelajaran PJOK SD Kelas 4: Gerak Dasar Manipulatif Berbasis Prinsip Culturally Responsive Teaching (CRT)

1. Identitas Pelajaran

Mata Pelajaran            : PJOK

Kelas/Semester           : 4 / Semester 1

Materi Pokok              : Gerak Dasar Manipulatif (lempar tangkap bola)

Alokasi Waktu            : 2 x 35 menit (1 pertemuan)

Pendekatan                 : Culturally Responsive Teaching (CRT)

2. Tujuan Pembelajaran

Pada akhir pembelajaran, siswa diharapkan mampu:

-       Mempraktikkan gerak dasar manipulatif (lempar dan tangkap bola) dengan baik.

-       Mengidentifikasi gerakan manipulatif dari berbagai permainan tradisional yang relevan dengan latar belakang budaya siswa.

-       Menghargai dan berpartisipasi aktif dalam permainan kelompok dengan menghormati perbedaan budaya dan kemampuan.

3. Asesmen Awal

-       Observasi : Identifikasi kemampuan awal siswa dalam melakukan gerakan manipulatif (lempar tangkap bola).

-       Tanya jawab : Diskusi singkat tentang pengalaman siswa dengan permainan tradisional dari latar belakang budaya mereka yang melibatkan gerak dasar manipulatif.

  4. Kegiatan Pembelajaran

A.    Pendahuluan (10 menit)

1.     Guru menyapa siswa dan mengajak mereka untuk berdiskusi tentang permainan tradisional yang mereka kenal dari latar belakang budaya masing-masing. Contoh: kasti (Jawa), gobak sodor (Sunda), atau permainan lain yang melibatkan gerakan lempar tangkap.

2.     Penghubungan materi: Guru menjelaskan bahwa banyak permainan tradisional menggunakan gerakan manipulatif seperti melempar dan menangkap bola.

3.     Tujuan pembelajaran: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang mengaitkan gerakan manipulatif dengan permainan tradisional dari berbagai budaya siswa.

B.    Kegiatan Inti (50 menit)

1.     Demonstrasi Gerakan Manipulatif (10 menit)

-       Guru mendemonstrasikan gerakan manipulatif dasar (lempar tangkap bola) dengan teknik yang benar.

-       Siswa mengamati dan mencoba meniru gerakan tersebut dengan bola kecil.

2.     Latihan Berpasangan (15 menit)

-       Siswa dibagi menjadi kelompok berpasangan untuk berlatih lempar tangkap bola.

-       Guru memodifikasi aturan untuk memastikan setiap siswa, tanpa memandang tingkat kemampuan fisik, dapat berpartisipasi (misalnya, mengurangi jarak lemparan atau menyesuaikan ukuran bola).

3.     Integrasi Budaya dalam Gerakan Manipulatif (15 menit)

-       Guru memperkenalkan permainan tradisional dari berbagai daerah yang melibatkan gerak manipulatif.

-       Setiap kelompok memainkan permainan tradisional dari berbagai daerah, seperti kasti (Jawa) atau gobak sodor (Sunda), yang menggunakan gerakan melempar dan menangkap bola.

-       Siswa diminta untuk berpartisipasi aktif dalam permainan dan menghargai variasi budaya yang ditampilkan.

4.     Refleksi (10 menit)

-       Guru mengajak siswa berdiskusi mengenai perbedaan dan persamaan gerakan manipulatif dalam permainan tradisional yang mereka mainkan. Guru juga menekankan pentingnya menghargai budaya lain.

C. Penutup (10 menit)

1.     Review: Guru mereview kembali gerak dasar manipulatif yang telah dipelajari dan bagaimana permainan tradisional bisa menguatkan keterampilan ini.

2.     Refleksi diri: Siswa diminta untuk menulis di buku catatan pengalaman mereka dalam memainkan permainan tradisional yang berasal dari budaya lain.

3.     Penugasan: Siswa diminta untuk berbagi dengan keluarga di rumah tentang permainan tradisional yang telah mereka pelajari.

5. Asesmen

1.     Asesmen Formatif: Guru melakukan observasi saat siswa melakukan gerakan manipulatif dan memberikan umpan balik langsung.

2.     Asesmen Sumatif: Siswa dinilai berdasarkan keterampilan lempar tangkap bola dan partisipasi dalam permainan tradisional.

6. Media dan Alat

1.     Bola kecil (untuk latihan lempar tangkap)

2.     Bola kasti (untuk permainan)

3.     Gambar atau video pendek tentang permainan tradisional dari berbagai daerah

7. Penilaian

1.     Penilaian Praktik: Siswa dinilai dari keterampilan mereka dalam melakukan gerak dasar manipulatif (lempar tangkap bola).

2.     Penilaian Partisipasi: Nilai diberikan berdasarkan partisipasi aktif siswa dalam permainan tradisional dan kemauan mereka untuk bekerja sama dan menghargai perbedaan budaya.

8. Refleksi Guru

Guru merefleksikan apakah pembelajaran berbasis CRT berhasil menciptakan lingkungan inklusif yang menghargai keragaman budaya siswa serta bagaimana keterampilan manipulatif siswa berkembang.

Rancangan ini menggabungkan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) dengan materi PJOK, menjadikan pengalaman belajar lebih relevan dan menarik bagi siswa melalui konteks budaya mereka masing-masing.


Komentar

  1. Kontennya bermanfaat sekali, mudah dipahami dan menginspirasi saya untuk bisa menirukan penerapan diatas.

    BalasHapus
  2. Secara keseluruhan, rancangan ini sangat komprehensif dan responsif terhadap konteks budaya siswa. Pembelajaran yang Anda rancang sangat potensial untuk meningkatkan keterlibatan siswa, sekaligus mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran budaya mereka."

    BalasHapus
  3. Mungkin Anda bisa menambahkan elemen refleksi yang lebih mendalam di akhir pembelajaran, misalnya dengan mengajak siswa berdiskusi lebih lanjut tentang bagaimana gerakan manipulatif ini relevan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks budaya maupun olahraga lainnya

    BalasHapus
  4. Secara keseluruhan isinya sangat bermanfaat, serta mudah dipahami sehingga dapat menginspirasi saya untuk melakukan penerapan seperti itu.

    BalasHapus
  5. Materi yang disajikan sangat bagus dan membuat kami semakin memahami tentang prinsip ubD, CRT, dan berdiferensiasi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menelaah dengan Prinsip UbD

Apa Sih Literasi? Seberapa Penting Untuk Anak Sekolah Dasar?